Kabupaten Magelang - Komunitas Sosial Teatrikal sukses tampilkan monolog yang mengangkat kisah “Dariah Lengger Lanang” pada Minggu, (8/12). Acara digelar malam hari di Seni Padepokan Gubug Kebon, Dawung, Banjarnegoro, Mertoyudan. Akibat terkendala hujan, jam acara mundur dari jadwal perencanaan yaitu pukul 19.00 WIB.
Pengelola Padepokan Gubung Kebon, Gepeng Nugroho, dalam sambutannya mengatakan acara ini difasilitasi oleh kementerian kebudayaan yang berafiliasi dengan Lab Indonesiana – Dapur LTC 2024. Sebelumnya, pada tahun 2016 naskah ini pernah dipentaskan di Jakarta, Taman Mini Indonesia Indah, dalam bentuk teater rakyat. Kali ini diadaptasi menjadi bentuk pertunjukan monolog. Pementasan monolog ini sekaligus memperingati 7 tahun berdirinya Padepokan Gubug Kebon.
Naskah monolog dibuat oleh Gepeng Nugroho dari berbagai pengamatan dan sudut pandang kultural dari daerah asal Lengger, Banyumas. Selain itu, Dariah Lengger Lanang ini juga terinspirasi dari film dengan judul yang sama, karya Bambang Hengky dari Wonosobo. Monolog ini mengisahkan tentang Sadam yang memiliki kecintaan mendalam dengan lengger, tarian dari Banyumas. Penolakan keras dari keluarga membuatnya meninggalkan identitasnya sebagai Sadam yang kemudian menjadi Dariah, seorang lengger lanang yang menari dalam jiwa keanggunan perempuan.
"Kalau pendekatan gagasan ide karya pada tradisi dan sosio-kultural, sedangkan pendekatan konsep pada post-dramatik, makanya semalam ada tim artistik yang langsung turun tangan ke pertunjukan, itu bagian dari post-dramatik. Kalau dari pendekatan karya, tentu gagasan atau ide karya ini tak lepas dari fenomena lengger di Banyumas, bagaimana juga masyarakat menghadapi lengger, penggalian tokoh Sadam yang terpanggil jiwanya," papar Kiki Maundri selaku sutradara.
Meskipun
hujan tak berhenti sejak siang hari, antusias penonton Dariah Lengger Lanang
ini tetap memenuhi lokasi sanggar, bahkan hingga digelarnya sarasehan atau
sesrawungan seusai pentas. Sarasehan ini digunakan sebagai sharing dan
diskusi terkait pementasan, baik kesiapan aktor atau persiapan pementasan
secara keseluruhan.
Ivo, selaku penonton mengaku senang dapat hadir dan menyaksikan pementasan monolog yang diperankan oleh Wawan Darmawan. "Dapat informasi dari sosial media teman, seneng banget bisa nonton dan dapat pengalaman baru. Apalagi ini keterkaitannya sama budaya tanah air. Rugi banget kalau nggak nonton," ucapnya.
“Latihan kurang lebih sebulan. Salah satu hal yang diperhitungkan yaitu Wawan (aktor). Agak gemuk orangnya, kendalanya pembentukan fisik kalau untuk menari yang gemulai. Maka itu dihadirkan siluet laki-laki menari di belakang. Wujud dualitas antara feminim dan maskulin yang ada di dalam jiwanya,” ujar Kiki.
Dari
pementasan tersebut, sutradara mengaku masih terdapat kekurangan. Harapannya, pementasan ini bisa jadi titik pengembangan
untuk pementasan selanjutnya.
Penulis : Siti Roqidah & Ahmad Sabiq