Pada hakikatnya, hati berhak untuk berhenti. Ia berhak untuk mengerti, ia berhak untuk
menanti. Akan tetapi hidup bukan melulu tentang mengalah, ia berhak untuk
memperjuangkan dan diperjuangkan. Bukan salahnya jika besar ego daripada nalurinya.
Siapa tau isi hati ? Bagaimana jika hanya kenangan yang bisa memberi gambaran bagaimana
hati ketika dihianati oleh seorang yang kamu anggap spesial, bahkan isi seluruh dunia sudah
kau berikan dengannya.
Kisah ini bermula saat aku menginjakkan kaki di Tanah yang terkenal dengan pesona pantai,
kuliner Gudeg, bakpia pathok, dan budaya jawa yang sangat melekat. Iyaa itu Kota
Yogyakarta, tempat dimana aku bertemu dengan Edgar,sosok laki-laki yang memiliki paras
ganteng, senyum semanis madu, dan tak lupa tutur kata yang sangat halus. Membayangkan
pesona dia saja sudah membuatku menjadi tidak karuan. Saat itu aku sedang mengurus
adminsitrasi di Kampus Ternama di Yogyakarta, tak sengaja dompetku jatuh saat melangkah
memasuki ruangan lalu ,......
Edgar : “maaf, permisi mbak ini dompet anda jatuh” (dengan senyum yang manis)
Aku : “oh, terima kasih mas” (sambil buru-buru mengambil dompet)
Semenjak kejadian itu aku sering berpapasan dengan Edgar, kami hanya saling menyapa
lewat senyum saja. Di kampus aku memiliki teman dekat bernama Erin, Laras, dan Niko.
Mereka adalah teman sekaligus keluarga bagiku. Karena menjadi anak rantau,harus jauh dari
kasih sayang orang tua dan rasa sepi yang pasti melanda dalam hati. Namun ada
tanggungjawab yang harus aku pikul dengan sangat berat, yaitu menjadi satu-satunya harapan
keluargaku karena bisa kuliah di Universitas ternama di Yogyakarta bahkan secara tidak
langsung aku dituntun agar bisa mengangkat nama baik orang tuaku. Tentu aku menjadi
anak ambis di kampus, agar uang yang dikeluarkan orang tuaku seimbang dengan hasil yang
aku dapat. Erin adalah sahabat yang selalu membantuku mengerjakan tugas, bahkan ia sering
melihatkan hasil pekerjaannya saat aku sudah kehabisan ide. Hari –hari ku berjalan sangat
normal, kuliah – mengerjakan tugas- organisasi. Namun tak lama Laras bersama Niko
mengajakku untuk gabung dalam UKM LPM MATA, sebenarnya aku tidak begitu antusias
namun aku berfikir ‘Masa S1 hanya terjadi satu kali saja, daripada aku menyesal lebih baik
memulai”. Tiba hari dimana aku bersama teman-teman mengadakan rapat LPM.
Laras : “ eh zef, kenalin ini PU LPM kita namanya Mas Edgar”
Niko : “dijabat dong tanganya zef, kasihan tu ditungguin”
Aku : “eehh, iya Mas. Kenalin aku Zefanya angakatan 20”
Jelas aku sangat kaget serta kikuk, karena sudah lama aku tidak berpapasan dengan Edgar
lagi. Namun tidak aku fikir terlalu dalam karena entah akhir-akhir ini aku mulai ada rasa
kepada Niko, dia begitu baik, selalu ada saat aku butuh, bahkan saat uang Transfer dari Ayah
belum dikirim ia rela meminjamkan uangnya. Tidak hanya itu , ia pandai dan sering kali aku
main kerumahnya untuk belajar bersama dengan teman-teman. Rasa sukaku terhadap Niko
semakin lama makin kuat,namun tiba-tiba aku dipatahkan dengan realita yang ada. Bahwa
Niko telah memilih Laras untuk menjadi pacarnya, aku tentu saja malu, sakit hati karena aku
anggap Niko juga menyukaiku ternyata tidak, hanya ada kenangan manis yang aku buat
sendiri dengan imajinasiku.
Setelah berbulan-bulan aku kembali di sibukkan dengan acara-acara di LPM, hal ini justru
membuat aku dan Edgar lebih dekat lagi. Namun aku tidak ingin terburu-buru karena aku
tidak ingin kembali gagal. Tak terasa Edgar benar-benar menaruh hati padaku,dan akhirnya
kami pacaran. Hari-hariku selalu diisi dengan kebahagiaan, canda tawa, bahkan saat sedih ia
selalu ada disampingku. Sampai pada akhirnya ia mulai sibuk dengan segala persiapan untuk
skripsinya, komunikasi tidak lancar, ia bersikap dingin dan cuek. Dan setelah aku bersabar
dan menunggu lama ternyata ia memilih untuk pergi padahal aku sudah berikan mahkotaku
untuk nya, aku hancur dan menyesal. Edgar terlihat seperti laki-laki kotor lainnya yang
menjilat ludahnya sendiri. Atau aku yang terlalu bodoh dan dungu. Ku ingat lagi kata-kata
manis yang sering Edgar katakan
Edgar : “tenang zef, besok setelah aku lulus wisuda. Kita bakal nikah kok aku tunggu kamu
selesai kuliah. Karena aku janji tidak akan meninggalkan kamu, kita akan hidup sama-sama”
Cuihhh bullshit, marah dan sesak dadaku bila mengingatnya. Aku jadi teringat kata-kata Ibu
“orang yang kamu sayang tidak akan membuatmu menjadi barang bekas, bahkan sampai satu
tetes air mata tidak akan menetes kepipimu, namun perlu dingat nak bahwa kita tidak tau
dalamnya isi hati seseorang bahkan ketika kita sudah benar-benar yakin kepadanya”
Menangis rasanya bila mengingat itu semua, namun bukan saat nya untuk menyesali yang
sudah terjadi. Karena masa lalu harus dihadapi dan dijadikan pembelajaran untuk masa depan
yang lebih baik. Aku akan membayar semua penyesalan yang ada dengan lulus tepat waktu
dan cumlaude. Tidak apa-apa kamu harus menangis terlebih dahulu tetapi ingat kata Ir.
Soekarno “ bermimpilah setinggi langit, jika engkau jatuh. Engkau akan jatuh di antara
bintang – bintang “
Karya : Ervina Prisnadani (MG1315)
Syakira Alfi Kurnia (MG1352)