Ilustrasi: gencil.news.com |
“Kecemasan
berlebih? Apakah sama artinya dengan insecure? Jawabannya, “Ya”.
Insecure. Tak jarang satu kata tersebut terucap dari bibir
manusia terutama kaum wanita yang kemungkinan terjadi pada wanita. Insecure
merupakan perasaan cemas atau gelisah yang timbul pada diri seseorang terjadi
secara terus menerus. Perasaan yang timbul pada diri seseorang antara satu
orang dengan yang lainnya tidaklah sama. Ada yang merasa gelisah karena
memikirkan masa depan, kesempurnaan diri, maupun kecemasan sosial.
Di
zaman milenial ini, perasaan insecure semakin meluas sehingga dapat
terjadi di berbagai kalangan. Mereka selalu melihat manusia lain sebagai tolak
ukur yang baginya mampu dan sempurna untuk bisa ditiru. Padahal secara tidak
sadar, diri mereka pun menjadi tolak ukur bagi orang lain. Tidak apa sebenarnya
hal ini dilakukan dengan tujuan merubah diri menjadi lebih baik. Namun, tidak
akan baik kedepannya jika dilakukan secara berlebihan. Mayoritas hal ini diawali
dengan pemikiran yang timbul tentang ketidakmampuan diri kemudian akan menjustifikasi dan mengkritik
diri sendiri. Hal inilah yang mendorong manusia merasa tidak percaya diri,
rendah diri, meragukan kemampuan diri dalam melakukan suatu hal sehingga akan
membandingkan diri ketika berhadapan dengan orang lain. Ketika perasaan
tersebut muncul, dapat terjadi penarikan diri dari pergaulan, murung
berkepanjangan, dan selalu berpikir negatif. Di era teknologi ini sering
terdapat komentar negatif yang dilontarkan oleh pihak yang tidak bertanggung
jawab untuk menjatuhkan pihak lain. Ketika psikis seseorang mulai terjangkit,
semakin hari apa yang orang lain katakan tidak akan lagi bisa tersaring,
berusaha merubah diri menjadi apa yang orang lain katakan tanpa berpikir
panjang.
Insecure timbul dari dalam diri seperti merasa kesepian, tidak
percaya diri dan takut bersosialisasi. Di samping itu, faktor eksternal turut
mendorong timbulnya perasaan tersebut seperti mengalami kegagalan,
dibanding-bandingkan, tertekan dengan lingkungan sekitar, dan trauma. Ketika
sedang melamun dalam keadaan sedih, pikiran kita akan terbawa ke hal-hal yang negatif.
Pemikiran ini bisa jadi mengingatkan kembali pada masa lalu yang pahit atau
penolakan mentah-mentah atas usaha yang sudah kita lakukan. Ini akan membuat
kita untuk tidak lagi bersemangat melakukan suatu hal karena takut gagal, takut
sia-sia, orang lain tidak mau mendengarkan pendapat kita. Padahal belum tentu
apa yang kita pikirkan tersebut menjadi kenyataan. Di sisi lain, berubahnya zaman menjadi era teknologi turut menjadi salah satu faktor timbulnya
insecure. Media sosial contohnya, di luar sana bermacam-macam pengguna, bermula dari sini
kita bisa mulai berpikir bahwa “dia sempurna, sedangkan aku”, “dia mampu karena dia pintar, dia bisa sedangkan
aku hal kecil saja tidak bisa menyelesaikan”.
Insecure
sendiri akan
sangat berbahaya bahkan merugikan diri sendiri ketika kita tidak bisa
mengendalikan rasa cemas yang timbul. Kecemasan ini akan terus menghalangi kita
untuk bisa berpikir positif, akan selalu merasa rendah dengan kemampuan yang
dimiliki dan selalu menyalahkan diri ketika hasil tidak sesuai harapan.
Awalnya, rasa cemas ini hanya menyerang gangguan psikis tetapi jika pemikiran
negatif tersebut dipelihara, menerima omongan orang lain tanpa disaring dapat
menyebabkan gangguan kecemasan, depresi, gangguan kepribadian. Gangguan di atas menunjukkan gangguan mental
pada tahap terakhir. Dari sini akan timbul pemikiran yang mengajak diri ke arah
putus asa dan menyerah terhadap apa yang akan dihadapi olehnya.
Membandingkan
diri kita sendiri baik segi penampilan, kemampuan, atau kekayaan dengan orang
lain tidak akan pernah ada habisnya. Hal itu hanya akan menimbulkan rasa
ketidakpuasan yang tak berujung. Lebih baik kita membandingkan diri kita
sendiri di masa lalu dengan diri kita sendiri di masa sekarang. Berkompetisi
dengan diri kita sendiri untuk selalu berusaha menjadi pribadi yang lebih baik
setiap harinya. Sejatinya akan selalu ada orang yang lebih pintar, lebih cantik dan lebih kaya dari kita. Kita tidak akan
pernah menjadi orang paling pintar, paling cantik dan paling kaya, pasti akan
selalu ada orang yang “lebih” dari kita. Ketika kita berhenti menganggap hidup
adalah sebuah kompetisi, maka akan lebih mudah bagi kita untuk hidup
berdampingan dengan orang lain.
Karya:
1.
Farakh
Aini Fitri (MG1318)
2.
Mutiara
Maharani Nashir (MG1330)