foto : Tribunnews Kaltim |
Pagi-pagi
sekali, Nina telah bangun untuk melakukan kegiatan sehari-hari. Setiap pagi
Nina mengantarkan koran-koran ke komplek rumah elit di kota Jakarta. Ia sudah
memakai seragam sekolahnya. Dikayuh sepeda reot miliknya, supaya cepat sampai
sekolah, ia atk pernah telat meskipun harus mengantar beberapa koran di komplek
yang cukup luas itu.
“Hai
Na, tugas biologi kamu udah selesai?” tanya Reva mengagetkan Nina. Reva adalah
teman sebangku Nina, berbeda dengan Nina, Reva adalah anak dari orang kaya,
setiap pagi ia diantar dengan mobil, tapi ia tak pernah sombong dengan itu
semua, buktinya ia mau berteman dengan Nina yang hanya seoarng yatim piatu dari
panti asuhan yang tak layak pakai.
“Ouh
ya ampun tugas apa Va, tugas yang mana? Aku semalem pulang kemaleman,” kata
Nina.
Bel
tanda masuk berbunyi, semua sudah masuk kelas masing-masing, termasuk kelas 11
IPA 4, atau lebih tepatnya kelas Nina dan Reva.
“Pagi
anak-anak, mari kita awali pelajaran biologi pada pagi hari ini dengan berdoa
menurut kepercayaan masing-masing,” seperti itulah Bu Wirda mengawali kegiatan
belajar mengajar pagi ini, karena kami sekolah di SMA jadi ak semuanya beragama
islam.
“Hari
ini kita akan mengoreksi tugas rumah minggu lalu, silahkan dikumpulkan per
baris,” kata bu Wirda.
“Puufftt
untung saja udah selesai makasih ya Va,” kata Nina pada Reva. Reva menyuruh
Nina untuk mengganti tugas yang telah ia kerjakan tadi.
“Iya
santai aja kali Na sama aku,” kata Reva santai.
“Oke
jika sudah ditukar semuanya kita akan mencocokkan satu persatu,” kata Bu Wirda
nampak tegas.
Semua
yang dipanggil namanya oleh Bu Wirda maju satu persatu untuk menulis tugas mereka
di papan tulis dan menjelaskannya, untung saja Nina tak dipanggil oleh Bu
Wirda, karena dia ak mungkin bisa menjelaskan hasil kerja dari Reva.
“Oke
semua sudah dikoreksi, sekarang waktunya memasukkan nilai,” kata Bu Wirda,
dipanggilnya satu persatu nama hingga akhir absen.
“Nanti
siang akan ada jam saya lagi, nanti siang akan ada ulangan jadi mohon untuk
dipersiapkan dengan sebaik-baiknya,” kata Bu Wirda diiringi keluh kesah para
siswa.
Bel
istirahat berbunyi, Nina segera membuka buku catatan untuk mempelajari biologi,
karena Nina selalu mendapatkan nilai jelek di mata pelajaran yang satu ini.
Reva berlalu keluar kelas untuk membeli makanan, dia sudah tahu kalau Nina tak
suka jajan, karena Nina tak pernah membawa uang saku ke sekolah, hanya berbekal
air putih satu botol saja. Terkadang Reva membagi jajannya pada Nina, tapi hari
ini Nina sedang puasa katanya.
Tak
terasa waktu berlalu begitu cepat, jam Bu Wirda pun telah tiba. Tapi Nina tak
menguasai materi ulangan sedikitpun.
“Siapkan
buku ulangan dan bolpoin, ulangan akan dilakukan menggunakan sistem kanan kiri.
Jadi, soal bangku kanan dan soal bangku kiri berbeda,” jelas Bu Wirda.
Para
siswa segera menyiapkan barang-barang mereka untuk ulangan.
“Jangan
ada yang menghapus tulisannya, jika sudah tertulis maka jangan coba coba
menulis ulang ataupun merobek kertas, di meja hanya ada buku ulangan dan
bolpoin,” jelas Bu Wirda sambil menyusuri setiap bangku di kelas itu.
“Haduuh
gimana nih, belajarku belum maksimal,” kata Reva yang nampak panik.
“Kamu
kan jago biologi, nah aku gimana coba nasibku? aku tak pernah meminjam buku
paketmu juga,” kata Nina tak kalah panik.
Bu
Wirda mulai membacakan satu persatu soal, terlihat Reva mengerjakan dengan
mantap, sedangkan Nina masih ragu untuk menulis jawabannya, hingga waktu
pengumpulan tiba Nina belum mengisi soal terakhir.
Semua
buku ulangan telah dikumpulkan, terlihat Bu Wirda sibuk di meja guru membolak
balik kertas lalu diberi nilai. Dipanggil satu persatu pemilik buku itu, kini
giliran Reva yang maju ke depan.
“Gimana
Rev hasil ulangan kamu?” tanya Nina penasaran
“Alhamdulillah
aku dapet seratus,” kata Reva.
Kini
giliran Nina yang maju ke depan, jantungnya berdegup kencang, ia yakin dirinya
pasti tak tuntas. Nina sudah berada di depan Bu Wirda, tak ada percakapan
apapun, hanya tatapan Bu Wirda seperti ingin menerkam Nina.
“Apa
ini Nina, apa kau tak pernah mendengarkan pelajaran ibu?” tanya Bu Wirda
terlihat menahan amarah. Nina menggeleng lemah, dirinya selalu mendengarkan dan
mengikuti pelajaran biologi dengan baik, meskipun gurunya super killer. Tapi
sayang, dia tak pernah paham sedikitpun dari pelajaran itu.
“Ini
buku ulanganmu, silahkan kau dadar saja nilaimu itu di rumah. Mungkin akan
terasa nikmat jika digunakan untuk lauk makan,” kata Bu Wirda sadis, diiringi
gelak tawa siswa satu kelas.
Nina
masih mematung melihat hasil ulangannya hingga bel pulang tiba, ia tak
menyangka bahwa dirinya sebodoh ini dalam mapel biologi. Reva yang menyadari
itupun menyadarkan lamunan teman sebangkunya itu.
“Na,
kamu nggak apa-apa kan? ini aku pinjemin buku paket bioogi buat belajar kamu di
rumah, buktiin ke Bu Wirda kamu bisa Na, ayo bangkit jangan terpuruk kayak
gini,” kata Reva mencoba memberi semangat. Nina menerima buku paket Reva, lalu
berjalan gontai menyusuri koridor sekolah.
Sejak
kejadian itu Nina selalu belajar biologi dimanapun ia berada, sekalipun ia
sedang bekerja. Siang malam, buku paket Reva selalu menemaninya, Nina
benar-benar bekerja keras, ia masih ingat sekali bagaimana ia dipermalukan
beberapa waktu lalu. Dan besok adalah ulangan biologi materi selanjutnya, Nina
mempersiapkan begitu matang.
“Baik
anak-anak seperti biasa kita akan melakukan ulangan sistem kanan kiri, kali ini
soalnya lebih sulit, karena ini termasuk tahapan seleksi untuk diikutkan lomba.
Hari ini kita ulangan mulai dari bab awal,” kata Bu Wirda sambil memandangi
Nina sangat ketus.
Bu
Wirda mulai membacakan satu persatu soal seperti biasa, Reva dan Nina
mengerjakan dengan mantap, Nina masih terngiang sorak sorai dari teman
sekelasnya. Ia semakin semangat mengerjakan ulangan itu.
“Baiklah
waktu selesai, buku ulangan segera dikumpulkan, jika ada yang mendapat nilai
nol. Maka saya tak segan akan menghukum untuk berjemur di tengah halaman
sekolah, karena ulangan ini sudah saya umumkan seminggu yang lalu, jadi tak ada
alasan mendapatan nilai nol di mapel saya,” cerocos Bu Wirda sinis.
Tiba
saatnya Bu Wirda mengumumkan siswa yang akan diajukan untuk mengikuti lomba, Bu
Wirda mengatakan Reva dan Nina yang akan mengikuti lomba, semuanya tercengang
masih tak percaya bagaimana bisa Nina yang mendapatkan nilai nol, bisa
mendapatkan nilai sempurna, dan bahkan
di soal essay Nina lebih unggul daripada Reva. Itu semua karena buah
perjuangan Nina yang tak pernah henti untuk mencoba memahami materi sendiri di
rumah.
Karya : Fitriani Lestari (MG1224), Salikah (MG1265)