foto : jogjakartanews.com |
Seiring berkembangnya zaman, banyak terjadi pembauran
antara budaya asing dan budaya lokal. Mereka berbaur menjadi satu dengan
membawa budaya dan ideologinya masing-masing. Akibatnya, timbullah budaya-budaya
dan pemikiran baru yang belum tentu sesuai dengan karakter bangsa kita. Hal tersebut kian menggerus nilai-nilai luhur
bangsa Indonesia yaitu
Pancasila. Apabila masalah ini terus diabaikan, tidak menutup kemungkinan generasi-generasi muda di masa mendatang akan kehilangan identitasnya
sebagai bangsa yang terkenal ramah dan sopan dengan berlandaskan nilai luhur Pancasila.
Pancasila merupakan dasar negara yang
mengandung nilai-nilai luhur. Oleh karena itu, Pancasila dijadikan landasan dalam
kehidupan berbangsa dan bernegara. Sebagai bangsa Indonesia hendaknya selalu
mengamalkannya tidak terkecuali kita generasi muda. Begitu besar pengaruh
Pancasila terhadap pembentukan karakter dan moral para generasi muda. Selain
itu, melalui pengamalan nilai-nilainya diharapkan mampu menjadi filter di
era globalisasi yang membawa banyak pengaruh, baik pengaruh negatif maupun
positif.
Namun demikian, dapat kita rasakan bahwa
generasi muda di era globalisasi ini mulai mengabaikan nilai-nilai luhur
Pancasila hingga berdampak negatif dalam pergaulan. Marilah kita lihat kembali
beberapa potret kegagalan pendidikan dalam membentuk pribadi yang berkualitas
seperti tawuran, narkotika, pergaulan bebas, dan alkohol. Tawuran merupakan
salah satu perilaku anarkis yang sering dilakukan oleh para pelajar. Akibatnya, beberapa
fasilitas umum banyak yang rusak.
Penyalahgunaan narkotika juga banyak
terjadi di Indonesia. Tidak terhitung berapa banyak jiwa khususnya generasi
pemuda yang terjerumus dalam hal yang demikian. Belum lagi pergaulan bebas dan
alkohol yang marak disalahgunakan. Dan sekarang muncul istilah baru, yakni "cabe-cabean". Apa itu
cabe-cabean? Mereka
adalab para kaum wanita di bawah umur yang
dilibatkan dalam kegiatan-kegiatan menyimpang seperti menjadi bahan taruhan
dalam kegiatan geng motor. Sesuaikah hal tersebut dengan nilai luhur Pancasila?
Haruskah kita mendukungnya? Tidak. Ini merupakan cambuk bagi kita, bangsa
Indonesia, betapa remuknya jiwa bangsa ini. Dimana generasi muda
saat ini telah kehilangan identitasnya sebagai bangsa Indonesia.
Sementara itu, kita harus ingat bahwa
sebagai generasi penerus, pemuda memikul tanggung jawab untuk berperan menjadi
garda terdepan dalam melaksanakan pembangunan negeri tercinta ini. Para pemuda
adalah tulang punggung pembangunan. Pembangunan bangsa secara maksimal akan
dapat terwujud melalui keterlibatan generasi penerus yang kreatif dan inovatif.
Tenaga dan kecakapan para pemuda akan sangat berguna dalam pembangunan bangsa
secara maksimal.
Menghadapi kenyataan seperti saat ini, tentu membuat kita begitu terpukul. Namun, pukulan itu hendaklah
membuat diri kita menjadi lebih kuat dan lebih kokoh untuk bangkit. Bangkit untuk segera
menemukan solusinya.
Tentu tak dapat diragukan lagi,
Pancasila, dasar negara kita yang dalam kelima silanya terkandung nilai-nilai luhur,
itulah harapan kita. Untuk mencegah semakin buruknya degradasi moral bangsa
ini, kita memerlukan pendidikan moral dan karakter yang berlandaskan nilai-nilai luhur
Pancasila. Di samping itu, pengawasan
orang tua juga berperan dalam membentuk pribadi yang berkualitas. Sigmund Freud berpendapat bahwa “Karakter
yang berkualitas harus dibentuk sejak usia dini, kegagalan dalam penanaman
kepribadian yang baik di usia dini akan membentuk pribadi-pribadi yang
bermasalah kelak di masa dewasanya”. Oleh sebab itu, marilah kita bahu-membahu untuk
menjaga keeksistensian nilai-nilai luhur Pancasila dalam kehidupan
berbangsa dan bernegara. Kita harus berani dan optimis. Rawe rawe rantas
malang malang putung.
Karya : Luthfi Dinda Shafia (MG1238), Hanuun Ridhakusuma (MG1225)