KALAH: Camat Tidar kalah dalam pertarungannya melawan Sukma Lurah Semar |
"Aja dumeh nduwe jabatan terus bisa semena-mena karo uwong. Aja adigang, adigung, adiguna. Urip kuwi kudu nguripi urip," pesan Lurah Semar kepada Camat Tidar yang tertunduk kalah melawan Sukma Lurah Semar. Ia mengamuk setelah Camat Tidar mengumumkan kebijakan baru tanpa memusyawarahkan bersama lurah-lurah lain termasuk Semar. Kekalahan Camat Tidar mengakhiri pementasan ketoprak "Lurah Semar Mbangun Tidar" digelar oleh Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM) Bengkel Seni Universitas Tidar (Untidar), Kamis (27/6) di Lapangan Tenis Untidar.
Setelah Kecamatan Tidar mendapat wajah baru para pemimpin beserta
jajarannya, Semar merasa kecamatan mulai jauh dari kegiatan kemanusiaan. Atas
hal itu, Lurah dari Kelurahan Sengkel Beni tersebut berinisiatif untuk
mengadakan kegiatan kemanusiaan yang melibatkan pemuda-pemuda di kecamatan.
Lalu Lurah Semar mengutus kedua anaknya yakni Petruk dan Bagong untuk meminjam
peralatan pentas berupa satu set gamelan, kain untuk backdrop panggung, dan
lampu. Ia pun memerintahkan kedua anaknya itu untuk mengundang Camat Tidar
beserta jajarannya rawuh ke rumah guna membicarakan kegiatan yang ingin
diadakan Semar.
Mereka pun datang ke Kecamatan Tidar dan mendapati Wakil Camat 1,
Wakil Camat 2, dan Wakil Camat 3 sedang duduk santai di kecamatan. Alih-alih
berhasil, Petruk malah diusir oleh Wakil Camat 2. Namun tidak dengan Bagong.
Bagong kemudian kembali bernegosiasi dengan Wakil Camat 1 dan Wakil Camat 3.
Tapi ternyata alat yang dimaksudkan juga tidak mungkin dibawa pulang oleh
Bagong karena kunci tempat peralatan itu disimpan ada pada Camat Tidar.
Petruk dan Bagong akhirnya terpaksa pulang bersama dua petinggi
kecamatan, yakni Wakil Camat 1 dan Wakil Camat 3 tanpa Camat Tidar dan Wakil
Camat 2. Di rumah, Semar dan anak pertamanya Gareng menyambut baik petinggi
Kecamatan Tidar. Di sana, Wakil Camat 1 dan Wakil Camat 3 menjelaskan bahwa
peralatan tidak bisa dipinjam. Lalu ketika Lurah Semar sedang menjelaskan
tujuan kegiatan yang diusungnya itu, Camat Tidar datang bersama Wakil Camat 2.
Camat Tidar mengeluhkan perilaku Petruk dan Bagong yang tidak punya
unggah-ungguh saat bertamu ke kecamatan. Atas dasar itu, Camat Tidar tidak
mengizinkan alat pentas dipinjamkan kepada mereka. Camat Tidar juga tidak
terima Lurah Semar bermaksud mengadakan kegiatan kemanusiaan di kecamatan.
"Anda hanya Lurah biasa. Kedudukanku dan kedudukanmu tinggian saya,"
ucapnya.
Lantas, Camat Tidar membacakan kebijakan baru yang membatasi
pengadaan kegiatan di Kecamatan Tidar. Lurah Semar marah kebijakan itu dibuat
begitu saja tanpa musyawarah. Suasana menjadi caos. Semar pun memanggil
sukmanya untuk melawan Camat Tidar.
Kisah ini terinspirasi dari cerita pewayangan punakawan "Semar
Mbangun Kayangan". " Sedikit dimodifikasi. Tapi inti cerita
sama," kata Sutradara sekaligus Ketua Umum UKM Bengkel Seni, Fariz Hilman
Sholihin. Pementasan ini dimaksudkan untuk memberikan cerminan gaya pemimpin
sekarang. "Seperti keadaan sekarang. Baik di kampus ataupun lingkup yang
lebih luas," kata mahasiswa yang akrab dipanggil Pepsi itu.
Ketoprak dipilih karena lebih merakyat. Terlebih teater jenis ini
sebenarnya kebudayaan khas Jawa. "Ketoprak sudah jarang sekali
dipentaskan," kata Ketua Panitia Pentas Ketoprak Lurah Semar Mbangun
Tidar, Dwi Sekar Novianingrum. Ia mengungkapkan keinginan UKM Bengkel Seni
untuk kembali mengakrabkan generasi muda dan masyarakat dengan ketoprak yang
mestinya dilestarikan. Selain itu pentas ketoprak ini juga sebagai penanda akan
diadakannya pentas lain. "Rencana diadakan di Yogyakarta. Insyaallah
Oktober mendatang. Tapi bukan ketoprak," katanya.
(RMN)
(RMN)