Metamorfosis
Karya
: Anggi
M
|
atahari belum menampakan sinarnya, dinginnya udara subuh menusuk sampai ke tulang sebagai pertanda dimulainya aktivitas penduduk Desa Ujung. Sebagian penduduk bekerja sebagai petani, mereka telah bersiap-siap menuju ke ladangnya masing-masing.
Pak Ari dan
Bu Ani salah satunya, Mereka berjalan melewati jalan setapak desa yang tertata rapi dengan sungai yang mengalir di
tepinya.
“Segar sekali udara di pagi ini ya Bu,” kata Pak Ari.
“Iya Pak, soalnya desa kita masih sangat asri, Pohon-pohon hijau masih sangat melimpah, sungai-sungai mengalir dengan jernihnya.”
Tak lama
kemudian, mereka telah sampai di ladang dan mulai mempersiapkan peralatan untuk bekerja. Bermacam-macam sayur dan buah yang penduduk tanam, mereka merawat dan menjaganya dengan hati-hati. Maka tak heran jika Desa Ujung dikenal sebagai penyetok sayur dan buah terbesar di negeri ini.
Desa Ujung memiliki sungai-sungai yang jernih dan kaya akan sumber dayanya. Para penduduk sering mencari ikan, ganggang, kerang untuk diolah sebagai lauk dan sebagian lainnya dijual sebagai tambahan penghasilan. Di saat Pak Ari dan Bu Ani selesai berladang mereka bertemu dengan Pak Andi dan anaknya yang sedang mencari ikan di sungai.
“Sudah dapat banyak, Pak Andi?” tanya Pak Ari.
“Alhamdulilah pak sudah sekitar 4 kg ikan di
ember.”
”Wah banyak yah, kenapa menjaring sendirian, Pak?” tambah Bu Ani.
“Tidak sendirian kok, sama Catur itu sedang memancing di ujung sungai. Ini ikannya juga hasil pancingannya Catur. Kalau Pak Ari
dan Bu Ani mau silahkan ambil.”
“Wah nggak usah Pak, terimakasih. Saya sama istri lanjut pulang duluan ya”
“Oh
iya monggo.”
Keindahan Desa
Ujung kemudian berubah saat pemerintah dan para pengusaha asing akan membangun pertambangan emas. Tanpa di ketahui bahwa ternyata Desa Ujung memiliki kandungan emas yang sangat melimpah. Pemerintah dan para pengusaha asing merayu pemerintah desa dan para penduduk untuk mendirikan pertambangan emas dengan dalil demi meningkatkan pendapatan negara dan untuk kesejahteraan penduduk setempat.
“Pak
Bupati dan Pak Kepala desa serta warga desa Ujung, kami berencana akan mendirikan
pabrik pertambangan emas di desa ini karena di sini memiliki kandungan emas
yang sangat melimpah yang perlu kita manfaatkan. Dengan berdirinya pabrik pertambangan, tentu akan meningkatkan devisa negara dan juga warga desa dapat bekerja sebagai karyawan di pabrik pertambangan emas ini,” kata Menteri ESDM.
”Jika para warga bekerja di pabrik tambang ini, upah minimal yang
akan diterima sebesar USD 1.500 atau jika di rupiahkan sekitar Rp 20 Juta,” tambah pengusaha asing.
Mereka terlena dengan upah yang akan di berikan jika mereka bekerja di pabrik pertambangan itu. Penghasilan mereka jauh meningkat dari pada mereka bekerja di ladang dan mencari ikan, akhirnya mereka memperbolehkan pendirian pertambangan emas di desa mereka.
Pendirian pabrik mulai dilaksanakan. Pohon-pohon di babat habis. Alat-alat berat mulai memasuki area Desa Ujung. Jalan-jalan
rusak dan berlubang mulai tercipta dimana-mana, penggalian di laksanakan di
seluruh Desa Ujung, sungai-sungai pun dijadikan sebagai pembuangan limbah tambang.
Masyarakat mulai resah, suara-suara kebisingan menjadi alarm di
sepanjang hari. Debu, asap dan panas perlahan namun pasti menjadi bagian dari keseharian mereka. Mereka bekerja dengan lelah dan letih sepanjang hari, jauh
lebih lelah daripada mereka bekerja di ladang sembari mencari ikan di sungai dahulu.
Semuanya telah terjadi, tidak ada yang bisa di
salahkan. Tidak ada
yang tau pasti apakah mereka bisa merasakan suasana Desa Ujung seperti dulu kembali.