Virus Akut
Merajalela
Khoirul Prasetyo Utomo
Sebuah virus telah merajalela dari
kota hingga pelosok desa. Sebagian besar remaja dan pemuda-pemudi di tanah
bunda Pertiwi sudah terjangkit virus kelas akut yang mematikan urat saraf
otaknya. Anak-anak sekolahan pun sebagian besar sudah terkontaminasi dengan
virus itu. Dokter-dokter di Rumah Sakit pun tak ada yang mampu menangani gejala
atau pengindap virus itu. Kecanggihan alat yang serba modern pun tak mampu menemukan obat penghanyut bakteri-bakteri
penyebab virus itu. Apalagi hanya orangtuanya, sanak saudara, dukun pun tak
mampu menangani hal itu. Malah ceritanya dari bisik mulut pengindap virus itu
bilang “Mbah anu itu pengasihannya sangat man1ur, buktinya aku bisa memiliki
dia”.
Virus-virus cinta sudah mematikan
akal mereka.
“Dengan cinta,
aku merasa lebih bersemangat dalam menjalani pendidikan dan hidup ini” Ujar
salah satu anak sekolahan yang sudah dipergila dengan rasa cinta.
Virus cinta memang sangat berbahaya.
Pengindap virus yang baru saja terjangkit pun sudah merasakan efeknya. Ia bisa
langsung merasakan semangat. Betapa saktinya virus itu. Atau mungkin virus itu
adalah gelombang magnetik yang menarik urat saraf semangat dalam jiwa yang
sedang dalam keadaan koma.
Begitu
banyak manusia yang tak mengenal dirinya sendiri. Dimana ia tak sadar bahwa
dirinya adalah semangat itu sendiri. Semangat ya semangat. Semangat adalah ruh
yang tinggal di dasar hati kita. Hal-hal yang membuat otak kita menjadi
bersemangat sebenarnya bukan asal muasal kita memiliki rasa semangat yang
menggebu-gebu itu. Karena semangat adalah milik kata, bukan apa yang akan kita
miliki. Semua hal yang memicu otak kita merasa ingin memiliki karena rasa
kagum, suka, cinta, bagus, takjub dan sebagainya yang menjadikan kita merasa
bahwa itu mendatangkan rasa semangat. Itu bukan penyemangat. Tapi ia adalah
unsur-unsur yang terkandung dari semangat itu sendiri.
Unsur
itu bukan dzat. Ia berada di bawah dzat dan unsur adalah bagian dari dzat..
Unsur ada karena adanya dzat itu. dan dzat itu pula yang menimbulkan dan
memunculkan rasa semangat. Unsur bisa memunculkan rasa semangat menjadi
menggebu-gebu itu sejatinya karena gelombang magnetik dalam dzat tersebut
sedang menarik urat saraf rasa itu sendiri. Hanya mereka saja tak sadar jika
dalam hatinya ada bilik-bilik dzat tentang semua itu. Mereka terlalu disibuk
untuk mencari tahu dan mengenal dunia saja sehingga mereka lupa mencari tahu
dan mengenal dirinya sendiri.
Saat
kita beranjak nalar kita diberitahu ibu kita bahwa yang besar hijau dan rimbun
di kebonan itu namanya pohon randu.
Akar, ranting dan daun serta apa manfaat dan fungsinya atau gunanya dari semua
itu tidak diberitahukannya dan kita dituntut mencari tahu sendiri. Jika kita
tak mencari tahu ya hanya Pohon Randu saja yang kita tau. Akar, Ranting dan
daun serta manfaat dan fuungsinya atau
gunanya kita tak akan pernah tau. Begitu pula diri kita sendiri. tak akan
pernah diri kita sendiri tanpa menyelam dalam-dalam di dalam jiwa kita.
Memang
dari zaman ke zaman semua sudah berubah. Baik menjadi lebih baik. Baik menjadi
buruk. Buruk menjadi lebih baik. Buruk menjadi baik Bahkan baik pun menjadi
lebih buruk daripada buruk itu sendiri. Yang buruk menjadi lebih baik daripada
hakekaty dari baik itu sendiri. semua sudah wolak-walik.
Para penuntut ilmu sudah tak sempat
mengisi sudut-sudut perpustakaan membaca buku-buku yang berserakan, karena
sudah disibukkan dengan agenda-agenda dalam buku cintanya. Dan hanya kutu-kutu
yang masih sibuk menggerogoti setiap lembar-lembar yang mengisi rak-rak di dalam
kesepian perpustakaan. Daftar hadir pengunjung perpustakaan pun tak melonjak
tinggi seperti lonjakan laba kafe-kafe, dan tempat-tempat wisata. Semua sudah
terkontaminasi virus. Dokter-dokter pencipta generasi penerus bangsa pun belum
sedikitpun menemukan racikan ramuan dari setiap hasil penelitian-penelitian
tentang virus itu. Sehingga Virus dapat berkembang biak secara pesat lewat
desis udara. Tak heran banyak kasus bahwa yang terjangkit virus itu sudah
beranak pinak dengan pesat.
Norma dan akidah sudah (di-) mati
(-kan) oleh modernisasi. Semua yang modern dan di anggap kekinian atau gaul
menjaadi acuan dan pedoman. Ya seperti di jadikan rukun iman. Siapa yang tidak
melakukan rukun iman tersebut ya mendapatkan posisi di neraka bulian, ejekan
dan ketidak gaulan.