Melancholia
Karya: Krisnaldo Triguswinri
A
|
ldo
berencana mendaki Gunung Merbabu sore temaram ini. Dia menyiapkan segala
peralatan dan logistik untuk kebutuhan di puncak. Aldo suka gunung. Gunung menjadi tempat
pelarian paling baik untuk atasi pesakitan yang selalu ia gundahkan di darat. Sebab
daratan adalah luka,
maka ia naik gunung. hati sehat aldo sedang luka. Dia pikir dia cuma bisa mengobati hati
yang luka atau melukai hati yang sehat. Tapi
ternyata dia gagal. Dia
tetap seorang manusia. Punya
hati dan bisa luka. Bukan
Tuhan.
Semua
sudah dalam ransel. Gunung
pun telah menunggu untuk dijamah.
Cuaca mendukung karena begitu cerah,
mungkin di langit semua tahu
bagaimana kesedihan. Aldo
memandang sudut-sudut kamar yang penuh sarang laba-laba sebelum beranjak pergi
keluar kamar. Di
dinding-dinding kamar terdapat vandal-vandal balada, poster poster musisi
idamannya yang selalu ia
dengar musiknya setiap saat.
Sekadar untuk
menghilangkan kepenatan dalam kepala. Lalu Aldo
menatap buku-bukunya yang berjejer jejer pada rak buku hitam pekat seperti
aspal.
‘’Aku
ingin hidup di gunung, mungkin itu akan membuatku lebih tenang,’’ tutur Aldo sambil melihat
gambar sekar yang pudar lalu meninggalkan kamar.
Sekar
adalah kekasih Aldo,
kekasih yang sangat Aldo
cintai, seorang wanita favorit di perguruan tinggi yang menjadi tempat
pertapaan Aldo
dalam mengeruk ilmu pengetahuan.
Aldo adalah seorang
mahasiswa yang latar belakang keilmuannya adalah Administrasi Negara, sedangkan
Sekar Sastra Inggris.
Sekar wanita pintar, baik dan cantik. Aldo
selalu menganalogikan Sekar seperti ratu-ratu Inggris atau seperti bunga
dalam puisi –puisi Pablo Neruda yang
terkenal. Sekar sepertinya
sangat sempurna di mata Aldo dan Aldo mencintai sekar lebih. Sekar
itu wanita manis yang terkadang sangat keras kepala, namun cantik dan pintar.
Perjuangan Aldo mendapatkan
hati Sekar tidak mudah.
Banyak lika-liku dalam
proses perjalanan hingga ahirnya
benar-benar mendapatkan hati sekar sepenuhnya.
Dimana Sekar pada saat itu
telah memilki seorang kekasih, laki-laki
bernama Andra yang sedang menempuh Pendidikan Militer di Magelang. Aldo
sempat putus asa karena
dia hanya seorang mahasiswa pemalas yang urakan. Mungkin dia sedang berada dalam situasi yang
sulit, dimana sangat kecil
sekali peluang Aldo
untuk menjadi kekasih Sekar. Sementara
Andra terjamin harkat
martabat hidupnya, dan Andra
lebih sesuai dengan latar belakang keluarga Sekar yang militer, ayah dan
kakak-kakak Sekar adalah apara. Sekar harusnya menjadi
polwan, tapi dia gagal. Yaa.. Keluarga
Sekar terhormat karena status sosial.
Tidak
heran ketika ayah Sekar
mendukung sangat keras hubungan Sekar dan Andra. Kebanyakan orang tua matrealistis demi
kebahagian anaknya.
Tapi di sisi lain, Sekar
tidak mencintai Andra
sedikit pun. Sekar tidak bahagia
bersama Andra, Sekar hanya mencoba menjadi
anak yang tidak durhaka,
walaupun kehendak
ayahnya itu menyakitkan dan menyedihkan untuk Sekar.
Keluarga Sekar tidak demokratis,
ayahnya sangat otoriter karena
terlalu memaksakan kehendak tanpa mengerti apa yang sebenarnya Sekar inginkan. Sekar benci
pada kenyataan hidup yang buruk. Dia
hanya sabar dan menerima.
Tanpa suara dan selalu ditenggelamkan
oleh keputusan-keputusan.
Aldo benci dengan ini,
karena Aldo tidak main-main dan
sangat mencintai Sekar. Oleh
karena
itu, Aldo dilema dalam hubungan percintaan
ini. Walaupun
Sekar telah mengakhiri hubunganya dengan Andra. Hal itu justru menjadi
beban berat bagi Aldo, karena ketika aldo
benar-benar jatuh dalam euforia cinta dan memberikan sepenuh hatinya pada Sekar, akan ada orang yang
mengakhiri hubungan mesra ini. Karena
Sekar telah
mengakhiri hubunganya
dengan Andra tanpa
sepengetahuan keluarganya,
ayahnya pasti akan murka
kehilangan kehormatan, dan tidak akan merestui Aldo sebagai kekasih Sekar. Ayahnya akan
mengakhiri hubungan manis Aldo dan Sekar, Sekar pasti akan
dilarang berhubungan dengan Aldo,
atau mungkin akan jauh lebih buruk.
Dari
awal Aldo dan Sekar merajut kasih
seperti tikus got (bawah tanah).
Tapi tidak menutup
kemungkinan bahwa Aldo
dan Sekar tidak bahagia. Sekar
sangat bahagia bersama
Aldo yang romantis. Aldo
berupaya menjadi apapun demi kesenangan Sekar,
melakukan segalanya yang dia bisa.
Bahkan Aldo
rela kepentingan-kepentinganya terpenjara demi kebahagian Sekar, dimana insomnia
menghampiri setiap malam Aldo
yang dingin, menemani Aldo
dalam menulis cerpen, sajak,
dan lagu. Aldo sangat lelah ketika pagi datang, dan matahari menidurkanya, semua dia lakukan demi Sekar.
Entah
dapat energi
dan ide dari mana Aldo
dalam berkarya, yang pasti dia sangat produktif semenjak berpacaran dengan Sekar. Seolah-olah
Sekar menjadi mesin
penggerak karena
behasil membuat Aldo
terus berkerja. Saking
semangatnya Aldo
karena Sekar , dia makin progresif
menjadi aktivis mahasiswa dan penyair.
Banyak program-program
kerjanya yang menjadi konsep kegiatan BEM Fakultasnya,
lebih giat menghadiri acara-acara sastra,
dan mendeklamasikan
puisi-puisi revolusionernya.
Aldo seperti purusahaan
mutlinasional yang memproduksi banyak barang.
Tapi tetap saja dia seperti bunga yang tidak akan dikehendaki hidup.
Kembali
pada malam dimana hati dan rasa membatu.
Rasanya ingatan itu
membunuh Aldo
secara perlahan, angin-angin dengan lembutnya menerbangakan dua pasang burung
di ranting. Mimpi buruk itu menjadi
nyata. Sekar
pergi meninggalkan Aldo. Ia tidak pernah bisa diprediksi
Aldo. Tiba-tiba saja Sekar mengakhiri hubungan
percintaan ini. Aldo
tidak pernah percaya apa yang Sekar
katakan. Sangat
singkat, tapi meruntuhkan hati
dan jiwa. Aldo
benar-benar merasa buruk dan kacau.
Dia kehilangan hatinya
yang patah. Malam itu menjadi sejarah terburuk dalam cerita hidup Aldo. Hingga ahirnya
mengantar Aldo
pada suatu perjalanan menuju gunung yang dingin dan sepi.
Aldo
berjalan keluar menutup beberapa pintu rumahnya.
Ingatan akan Sekar terus melekat
pekat pada ingatanya.
Propaganda patah hati
yang Aldo rencanakan juga
gagal. Dia
tidak bisa menipu dirinya sendiri, dia tidak bisa lupa apapun tentang Sekar.
‘’Aku
akan berteriak sekeras mungkin di gunung nanti, dan meninggalkan beberapa
kenangan buruk disana,’’ tulis Aldo dalam buku jurnal
miliknya.